Qurban Menumbuhkan Jiwa Sosial dan Mencegah Diri Dari Ketamakkan
“Sesungguhnya, Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka, dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya, orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus”
[QS. Al-Kautsar (108): 1-3]
---
---
~ Ibadah Qurban Dari Sudut Pandangku Sebagai Muslim Indonesia ~
---
Pengistilahan
yang dipakai dalam qurban banyak sekali; ada yang menyebut dengan kata
qurban yang artinya dekat, hadyu artinya pemberian/hadiah, nahr artinya
sembelihan, dan udlhiyyah artinya sembelihan. Sedangkan
pengertian qurban sendiri adalah penyembelihan binatang ternak untuk
mendekatkan diri kepada Allah yang disembelih pada hari raya Idul Adha
dan hari tasyrik (11, 12, dan 13 Hijriyyah). [Imam Taqiyyuddin Abu Bakar.
Kifaayatul Akhyar].
Di Indonesia, qurban lebih dimaksudkan kepada penyembelihan hewan (sapi atau domba) pada hari raya Idul Adha. Berqurban merupakan ibadah yang paling dicintai Allah SWT,
sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dari ‘Aisyah RA.
bahwa Nabi SAW bersabda :
"Tidaklah anak Adam beramal di hari Nahr yang paling dicintai Allah
melebihi menumpahkan darah (berqurban). Qurban itu akan datang di hari kiamat dengan tanduk, bulu, dan kukunya. Dan sesungguhnya darah akan
cepat sampai di suatu tempat sebelum darah tersebut menetes ke bumi.
Maka perbaikilah jiwa dengan berqurban”
Qurban Menumbuhkan Jiwa Sosial dan Mencegah Diri Dari Ketamakkan
Melaksanakan ibadah qurban dapat menumbuhkan jiwa sosial dan mencegah diri dari ketamakkan. Mengapa demikian? Sejatinya berqurban dengan menyembelih hewan menumbuhkan rasa patuh kepada Allah SWT dan mempunyai rasa ikhlas atas harta yang kita keluarkan untuk membeli hewan qurban. Dengan demikian, secara pribadi kita bisa mencegah diri dari sifat tamak. Selain itu, ibadah qurban juga berfungsi sosial. Daging qurban yang disembelih harus dibagikan kepada tetangga atau fakir miskin. Bayangkan, berapa banyak fakir miskin yang mendapatkan jatah qurban?
“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari
syi`ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka
sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan
berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka
makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang
ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta.
Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu,
mudah-mudahan kamu bersyukur” (QS Al-Hajj 36).
“Sepertiga untuk memberi makan keluarganya, sepertiga untuk para
tetangga yang fakir miskin dan sepertiga untuk disedekahkan kepada yang
meminta-minta” (HR Abu Musa Al-Asfahani).